By: Imam Lafran S Takim
Kritik adalah bagian tak terpisahkan dari kepemimpinan, dan siapa pun, tak peduli sehebat apa pun, pasti akan menghadapinya. Bahkan para khalifah besar dalam sejarah Islam, yang dikenal bijak dan adil, tak luput dari koreksi dan teguran rakyatnya.
Tentu, kritik bisa terasa menyakitkan, apalagi jika disampaikan dengan nada tajam dan langsung. Bagi banyak pemimpin, kritikan bisa menjadi ujian ego, bagaimana respons mereka terhadap teguran tersebut, sementara mereka berada di puncak kekuasaan.
Namun, Sayyidina Umar bin Khattab memberikan teladan yang berbeda. Alih-alih marah atau merasa terancam, Umar menyikapi kritik dengan ketenangan dan kebesaran hati. Ketika teguran datang, ia tak pernah membalas dengan amarah, melainkan dengan kesantunan.
Sikapnya menunjukkan bahwa kekuatan sejati seorang pemimpin terletak pada kemampuannya menerima kritik dengan lapang dada, kemudian membenahi sesuatu yang masih kurang dalam kepemimpinannya. Hal ini juga berlaku bagi semua pemimpin Rakyat.
Pemimpin Rakyat seharusnya diawasi, diingatkan, dikritik, agar ia tidak semena-mena membawa orang-orang yang dipimpinnya masuk dalam pusaran keburukan dan bencana atas kepemimpinannya. Tetapi sayangnya tidak banyak pemimpin rakyat yang siap diawasi dan diingatkan. Malah sebaliknya memanfaatkan bawahannya, timnya orang dekatnya untuk memusuhi, membenci bahkan mencelakai orang-orang yang mengkritisi.
Jika siap memegang jabatan publik, siap juga mendapat kritik, karena kinerja Pemimpin Rakyat akan dikontrol oleh publik. Pemimpin Rakyat Dipilih untuk melayani kepentingan publik berdasarkan janji yang sudah di sampaikan. Disinilah pentingnya kepekaan berpikirnya seorang pemimpin rakyat, berpikirlah dengan perspektif seorang pemimpin bukan menggunakan cara pandang pribadi atau kelompok sehingga merasa termarjinalkan dan dibenci.
Bak pepatah mengatakan "jika tidak ingin terkena ombak maka jangan berlayar, jika tidak ingin di kritik maka tak perlu menjadi pemimpin publik". Kalimat tersebut berimplikasi bahwa pemimpin yang tak siap dikritik dan mudah baper, berarti dia tidak sadar sedang menjalankan amanat publik, dia tidak sadar fungsi kepemimpinan dan dia tidak sadar akan amanah konstitusi negara ini.
Untuk menjadi bahan renungan buat para pemimpin rakyat bahwa di dalam negara hukum berdasarkan asas demokrasi ini, kritik yang dilancarkan kepada pemimpin rakyat merupakan konsekuensi berdemokrasi dan bagian dari komunikasi politik yang dapat dilakukan melalui tulisan atau bisa jadi lewat demonstrasi, Kritik juga merupakan bagian dari komunikasi politik. Kritik menjadi salah satu cara keturutsertaan setiap warga negara dalam mengawasi dan berpartisipasi dalam pemerintahan yang dijamin dalam konstitusi UUD 1945.
Jadi Para pemimpin rakyat jangan elergi terhadap kritik, jangan menganggap kritikus adalah penghambat pembangunan, jangan memusuhi mereka dengan segala cara, namun melihat bahwa kritik adalah wujud lain dari partisipasi pembangunan dengan cara dan jalan yang berbeda. Sebab dengan Kritik maka terjadi check and balance dalam setiap agenda pembangunan.
Soal solusi bagi setiap orang yang memberikan kritik itu relatif, karena banyak diantara mereka yang mengkritisi hanya karena melihat sisi kekurangan dari implementasi pembangunan namun jika ada diantara yang menyertakan dengan solusi maka itu adalah suatu kebaikan, tetapi jika tidak disertai solusipun, janganlah menuntut lebih dengan menggunakan dalil murahan bahwa "jika tidak ada solusi maka jangan mengkritisi". Ingat Anda di pilih oleh rakyat untuk melayani rakyat dengan cara mendiagnosa seluruh kebutuhannya berdasarkan problem mereka masing-masing, sudah pasti untuk mengetahui problem rakyat maka harus melalui kritik. Karena anda di biayai untuk mengurusi hal itu.
Salah satu cara terbaik pemimpin rakyat mengukur kepemimpinannya adalah dengan cara membuka diri untuk di kritisi sebanyak-banyaknya, Jika tidak demikian maka kebanggaan terhadap kepemimpinannya hanya omong kosong.
Sebagai implikasi dari langkah pemimpin untuk mengukur diri, maka pemimpin rakyat tidak hanya membutuhkan masukan dari orang dekat, bawahan yang takut menyampaikan kebenaran bahkan terhadap oknum pengurus partai yang mencari muka untuk mendapatkan imbalan, tetapi memintalah kepada mereka yang tak ada ketergantungan dan kepentingan bahkan tidak mau bersama anda dalam ruang-ruang organisasi politik.
Kritik seharusnya tidak dianggap sebagai masalah bagi seorang pemimpin rakyat, tetapi justru sebagai instrumen penting untuk menjaga kualitas pengabdian kepada bangsa. Kritik merupakan kontrol yang diperlukan demi meningkatkan kualitas kepemimpinan, dan merupakan syarat mutlak dalam mewujudkan cita-cita luhur negeri ini. Wallahu a'lam.
Komentar
Posting Komentar