MAKALAH
“DUNIA ISLAM ABAD MODERN”
O L E H :
SAHRUL
TAKIM
MATA
KULIAH:
SEJARAH
PERADABAN ISLAM
DI
SAMPAIKAN
SEBAGAI
TUGAS MANDIRI PADA
KULIAH
PASCA SARJANA IAIN TERNATE
TAHUN
AKADEMIK 2013-2014
KONSENTRASI
MANAJEMEN PENDIDIKAN
KEMENTRIAN
AGAMA
PASCA
SARJANA (S2)
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI
TERNATE 2014
KATA PENGANTAR
Alahamdulillah segala puji bagi Puji Allah SWT, Tuhan
seluruh sekalian alam, yang menciptakan alam beserta, isinya, yang mana telah
memberikan karunia Ilmu Pengetahuan kepada Kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Studi Islam Abad Moderen” dengan baik.
Penulis sadari bahwa apresiasi intelektual Muslim dalam
mengkaji sejarah Islam telah banyak dibahas oleh beberapa peneliti terdahulu,
baik itu berupa penelitian langsung maupun hanya sekedar opini. Respon atau
apresiasi sejarawan Muslim dalam memperlakukan sejarah Islam telah populer di
kalangan akademik.
Berbagai ilmu dan pendekatan telah digunakan untuk
menganalisis masalah ini, baik itu yang menggunakan pendekatan sosiologis,
fenomenologis, psikologis maupun yang lainnya. Walaupun demikian, bukan berarti
wacana sejarah telah kering untuk terus dikaji, sebab semakin kompleks
perkembangan keilmuan, maka semakin terbuka pula persoalan ini untuk terus
dikaji.
Dari telaah kepustakaan yang telah dilakukan dalam rangka
penulisan makalah tentang peradaban Islam pada periode modern diperoleh
gambaran bahwa literatur yang berkaitan dengan masalah tersebut belum fokus
pada kajian kajian tokoh Mesir. Hanya ada beberapa literatur teknis yang
didapatkan, diantaranya adalah ontologi yang berjudul Para Perintis Zaman Baru Islam.
Kami sampaikan terima kasih kepada Dosen Pembimbing atas
bimbingan, dorongan dan ilmu yang telah diberikan kepada Kami. Pembuatan
makalah dalam perkuliahan sebagai metode efektif untuk meningkatkan nalar dan
kepekaan dalam menerjemahkan setiap topic perkuliahan juga merupakan
pemberdayaan mahasiswa sehingga lebih mandiri dalam bidang keilmuan yang di
guluti.
Sanana, 27 April 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULAN
A.
Latar
Belakang ……………………………………………………….. 1
B.
Rumusan
Masalah …..………………………………………… ……… 1
C.
Tujuan
Penulisan dan Kegunaan .……………………………. ……… 1
D.
Metode
dan Pendekatan ……………………………..………………. 2
E.
Garis
Besar Penulisan ………………………………………..………… 3
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Masa
Kemerdekaan Negara Islam …………………………….
…… 4
B. Masa Pembaharuan Islam ……..…………………………………… 7
C. Pemikiran Islam Modern …….…………………………………….. 9
D.
Hikmah
Sejarah Perkembangan Islam
Pada
Abad Pertengahan ……..…………………………………… 16
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan ….………………………………………………… 19
B.
Saran …...……………………………………………………… 20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peranan sejarah Islam dalam mewarnai
sejarah dunia cukup diperhitungkan para ahli sejarah, walaupun akhir-akhir ini
Islam dipandang jauh tertinggal dengan Barat, akan tetapi Barat juga harus
mengakui bahwa munculnya embrio ilmu pengetahuan yang berkembang di Barat
dengan begitu spektakuler tidak terlepas dari peran ulama-ulama Islam.
Periode modern merupakan masa
kebangkitan Islam kembali yang diwarnai dengan kemerdekaan negara-negara Islam
serta munculnya para tokoh-tokoh pemikir pembaharuan Islam, dalam makalah ini
akan dibahas mengenai hal tersebut.
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang
masalah yang telah diuraikan di atas, maka pokok pernasalahan dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Bagaimana peradaban Islam era
modern?
2. Bagaimana kontribusi peradaban Islam
terhadap masyarakat modern?
C. Tujuan dan Kegunaan
Berdasarkan pokok masalah yang telah
dirumuskan di atas, maka tulisan ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui gambaran secara
menyeluruh peradaban Islam era modern
2. Mengetahui seberapa besar
konstribusi peradaban Islam terhadap masyarakat modern.
Adapun kegunaan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai upaya revitalisasi ajaran Islam yang Rahmatan lil
alamin, mengingat semakin meningkatnya umat Islam secara kuantitas yang
tidak dibarengi dengan kesadaran akan peningkatan kualitas sebagai seorang
muslim dalam menghadapi tantangan zaman.
D.
Metode dan Pendekatan
Sebagai karya
ilmiah, maka tidak bisa dilepaskan dari penggunaan metode, karena metode
merupakan pedoman agar
kegiatan penelitian terlaksana dengan sistematis.[1]
Dengan demikian, metode merupakan patokan agar penelitian mencapai hasil
maksimal. Dalam penulisan makalah ini penyusun menggunakan metode sebagai
berikut :
1. Pengumpulan Data
Penelitian ini termasuk dalam
kategori penelitian kualitatif, yaitu penelitian kepustakaan (library
research).[2] Sumber
penelitian ini adalah buku-buku sejarah peradaban Islam abad 19-20, baik yang berhubungan langsung
dengan tema ataupun yang tidak langsung.
2. Analisis Data
Analisis data adalah proses
penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
interpretasikan. Teknik analis data adalah usaha untuk menarik kesimpulan yang
benar dari sebuah buku atau dokumen yang penggarapannya dilakukan secara
obyektif dan sistematis.[3]
Adapun metode yang digunakan untuk
menganalisis data yang diperoleh dari penelitian pustaka adalah
deskriptif-analitis yaitu penelitian yang menuturkan, menganalisis dan
mengklasifikasikan, yang pelaksanaanya tidak hanya terbatas pada pengumpulan
data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi data.[4]
Sedangkan langkah yang hendak ditempuh adalah menelusuri kembali sejarah peradaban
Islam abad 19 hingga ke-20.
Pendekatan yang digunakan penulis
dalam hal ini adalah pendekatan historis dan Fenomenologi. Pendekatan ini
digunakan untuk mengetahui lebih jauh tentang peradaban Islam modern yang
dimulai abad 19 hingga 20 lebih dalam.
E.
GARIS-GARIS BESAR PENULISAN.
Makalah ini disusun dalam tiga komposisi bab, yang
masing-masing bab memiliki bagian yang integral dengan bagian yang lain.
Pada Bab I, Pendahuluan. Dibagian ini menguraikan
beberapa hal yang merupakan gambaran umum dari penulisan yaitu, susunan makalah
melalui embrio permasalahan yang tersurat dalam latar belakang, , rumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penulisan serta garis-garis besar penulisan.
Bab II Tinjuan Pustaka yang meliputi teori-teori yang telah diperoleh penulis dalam proses perkuliahan maupun dari
literature yang akan digunakan sebagai landasan pemikiran dalam pembahsan makalah
ini.
Bab III merupakan akhir bab yang di dalamnya berisi
kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, serta saran dari penulis dan
daftar pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Masa
Kemerdekaan Negara Islam
Pada abad ke-19 dan 20, Eera modern diwarnai dengan
kemerdekaan negara-negara Islam. Dalam tahun-tahun terakhir ini banyak Negara
muslim yang telah merdeka khususnya di Asia dan Afrika, bersamaan dengan itu
muncul pula organisasi-organisasi dan partai-partai nasional yang mendasarkan
bentuk-bentuk pemerintahan pada prinsip-prinsip syari'at Islam.[5]
Kemerdekaan Negara Islam tentunya melalui proses yang cukup panjang dalam
memperoleh kemerdekaannya kembali, oleh karena itu adanya faktor-faktor yang
mendorong masyarakat di Negara muslim sangat memungkinkan, di antaranya adalah:
1.
Benturan
antara Islam dan kekuatan Eropa telah menyadarkan umat Islam bahwa mereka
memang jauh tertinggal dari Eropa.[6]
Turki Usmani adalah yang pertama merasakan itu sehingga memaksa penguasa dan
pejuang Turki untuk belajar di Eropa.
2.
Dorongan
gagasan dua factor yang saling mendukung dalam gerakan pembaharuan Is;am, pertama,
pemurnian ajaran Islam dari unsure-unsur asing yang dipandang sebagai penyebab
kemunduran Islam. Kedua, gagasan-gagasan pembaharuan dan ilmu
pengetahuan dari Barat, seperti gerakan Wahabiyah dan Sanusiyah di Saudi Arabia
dan Afrika Utara.[7]
3.
Bangkitnya
gagasan Nasionalisme di dunia Islam yang diikuti dengan berdirinya
partai-partai politik merupakan modal umat Islam dalam perjuangannya untuk
mewujudkan Negara nerdeka yang lepas dari pengaruh Barat.
a.
Kemerdekaan Negara Islam dan Pengaruhnya
Adapun Negara-negara Islam yang
merdeka pada abad ke-19 dan 20 diantaranya:
1)
Pakistan,
merdeka pada tahun 15 Agustus 1947, kemerdekaan Pakistan diperoleh dari
penjajahan Inggris yang menyerahkan kedaulatannya di India kepada dewan
konstitusi, satu untuk India dan Pakistan, adapun presiden pertamanya adalah
Ali Jinnah.
2)
Mesir,
negara ini merdeka secara resmi dari penjajahan Inggris pada tahun 1922 tetapi
pengaruh Inggris masih besar melalui Raja Faruk, kemudian setelah tergulingnya
Raja Faruk Mesir merasa benar-benar sudah merdeka dibawah pemerintahan Jamal
Abd al Naser pada tahun 1958.
3)
Irak,
memperoleh kemerdekaan secara formal pada tahun 1932, tapi rakyatnya baru
merasakan benar-benar merdeka pada tahun 1958.
4)
Syiria,
Yordania, dan Lebanon. Negara-negara sekitar Irak ini memproklamirkan
kemerdekaannya sekitar tahun 1946.[8]
5)
Negara-negara
Afrika, Libya merdeka sekitar tahun 1951, sudan dan Maroko pada tahun 1956,
sedangkan al Jazair memperoleh kemerdekaan pada thun 1962. semuanya membebaskan
diri dari penjajahan Perancis, perlu diingat dalam kurun waktu hampir bersamaan
ada Negara yang juga memperoleh kemerdekaan, yaitu Yaman Utara, dan Yaman
Selatan, serta Emirat Arab.[9]
6)
Negara-negara
Asia Tenggara, Malaysia pada tahun 1957 dan Brunei Darussalam pada tahun 1984
juga menyatakan kemerdekaannya dari Inggris.
B. Masa
Pembaharuan Islam
Periode ini merupakan kebangkitan
Zaman Kebangkitan Islam. Ekspedisi Napoleon di Mesir yang berakhir di tahun
1801, membuka mata dunia Islam, terutama Turki dan Mesir, akan kemunduran dan
kelemahan umat Islam di samping kemajuan dan kekuatan Barat. Raja dan
pemuka-pemuka Islam mulai berfikir dan mencari jalan untuk mengembalikan balance
of power, yang telah pincang dan membahayakan Islam. Kontak Islam dengan
Barat sekarang berlainan sekali dengan kontak Islam dengan Barat di periode
klasik. Pada waktu itu Islam sedang menaik dan Barat sedang dalam kegelapan.
Sekarang, sebaliknya sedang dalam kegelapan dan Barat sedang menaik. Kini Islam
yang ingin belajar dari Barat.
Dengan demikian timbullah apa yang
disebut pemikiran dan aliran pembaharuan atau modernisasi dalam Islam.
Pemuka-pemuka Islam mengeluarkan pemikiran-pemikiran bagaimana caranya membuat
umat Islam maju kembali sebagai di periode klasik.[10]
Usaha-usaha ke arah itupun mulai dijalankan dalam kalangan umat Islam. Tetapi
dalam pada itu, Barat juga bertambah maju.Kerajaan dan Negara Islam Beserta Era Pembaharuannya.
1.
Kerajaan
Mughal India
Kerajaan Mughal di India merupakan
salah satu kerajaan Islam terbesar di dunia yang tidak dapat dihilangkan dalam
lintasan sejarah peradaban umat Islam. Pendiri kerajaan ini adalah Zahiruddin
Muhammad, dikenal dengan Babur yang berarti singa. Babur hanya dapat menikmati
usaha merintis kerajaan Mughal selama lima tahun. Setelah wafat (1530 M),
pemerintahan diteruskan oleh puteranya yang bernama Humayun. Tidak berbeda
dengan ayahnya, ia juga menghiasi kepemimpinannya dengan peperangan.
Pergantian demi pergantian raja
terus berlanjut, dari Sultan Akbar hingga Aurangzeb. Setelah wafatnya
Aurangzeb, raja-raja kerajaan tercatat semakin melemah. Kerajaan Mughal tidak
hanya sebagai simbol dan lambang belaka, bahkan raja hanya diberi gaji oleh kolonial Inggris yang telah datang untuk
biaya hidup tinggal di istana.
Dengan fenomena ikut andilnya Negara
Inggris, maka muncul dan menciptakan ide pembaharuan. Ide ini dicetuskan oleh
Shah Waliyullah Dehalwi (abad ke-18) yang telah menyebar ke seluruh India.
Salah satu muridnya, Shah Abdul Azizi, berusaha membersihkan ajaran-ajaran
agama yang bukan dari Islam. Ia berprinsip daerah-daerah yang dikuasai selain
Islam, harus segera direbut kembali. Dengan semangat tersebut, ia bersama para
murid melakukan perlawanan terhadap hegeemoni kekuasaan colonial Inggris.
Namun, akhirnya ia terbunuh dalam sebuah pertempuran di Balakot.[11]
Meski terbunuhnya tokoh di atas,
tidak menciutkan nyali para tokoh lainnya. Maka muncul baru dari tokoh-tokoh
Islam di India yang ingin berjuang untuk kemerdekaan India dari penjajah. Salah
satunya adalah Sayyid Ahmad Khan. Ia mengajak umat Islam untuk belajar bahasa
Inggris, dan melakukan politik kompromi dengan Inggris. Dalam berbagai tulisan,
seminar dan pidato, Ahmad Khan menyampaikan misinya yaitu menginginkan agar
umat Islam mendirikan Negara sendiri, jangan bercampur dengan umat Hindu.
Karena umat Islam akan tersisih menjadi minoritas.
Pada 1885, orang India bergabung
denganpartai politk all Indian National Congress, tujuannya adalah untuk
mendapatkan kemerdekaan, baik kelompok Islam maupun non muslim dalam satu
wadah. Namun, tokoh-tokoh muslim mulai berpikir kembali bahwa imat Islam di
India harus memiliki Negara sendiri, maka terbentuklah Partai Liga Muslim pada
tahun 1906 di Dhaka atas prakarsa Nawab Vikarul Mulk dan Sir Salimullah.
Usaha tersebut tidak sia-sia. Pada
15 Agustus 1947, mendapatkan tujuan yang dimaksud, yaitu memperoleh kemerdekaan
dan mendirikan negara sendiri yang berbasis Islam. Negara itu dinamai
Pakistan, dengan presiden pertamanya Ali Jinnah.[12]
2.
Mesir.
Mesir mulai
zaman modern ketika terjadi persinggungan antara Barat (perancis) dan Mesir
denan ekspedisi Napoleon tahun 1798. Ketika Perancis angkat kaki dari
Mesir pemerintahan diganti oleh Muhammad Ali Pasya sebagai gubernur Turki
Usmani. Ia memulai memodernisir Mesir, terutama di bidang militer dan berkuasa
hingga tahun 1848 yang kemudian digantikan oleh anaknya, Ibrahim Pasya.[13]
Tahun 1882
terjadi pemberontakan Urabi Pasya terhadap Inggris yang menguasai Mesir. Negeri
lembah Nil itu baru merdeka dari Inggris tahun 1922. keturunan Muhammad Ali
Pasya berkuasa di Mesir hingga tahun 1953, ketiak Mesir dipimpin oleh Raja
Faruq. Kemudian digantikan oleh Muhammad Naguib dan Mesir berubah menjadi
negara Republik. Ia menggalang persatuan dengan Syiria yang diberi nama
Republik Persatuan Arab pada tahun 1958. Namun, persatuan itu tidak lama, hanya
sampai September 1961.
C. Pemikiran
Islam Modern
Berawal dari kegelisahan umat Islam
pada saat itu, yaitu banyaknya muncul penyelewengan-penyelewengan ajaran Islam,
baik di kalangan masyarakat biasa, maupun dalam tingkatan politik dan
pendidikan. Maka diperlukan adanya proses modernisasi maupun pembaharuan baik
di bidang politik, pendidikan dan akidah.
Selain itu, salah satu sebab
perlunya perkembangan modern dalam Islam adalah karena dalam agama terdapat
ajaran-ajaran absolute mutlak benar, kekal tidak berubah dan tidak bisa diubah.
Ajaran-ajaran itu diyakini sebagai dogma dan sebagai akibatnya timbulllah sikap
dogmatis agama. Sikap dogmatis membuat orang tertutup dan tak bisa menerima
pendapat yang bertentangan dengan dogma-dogma yang dianutnya. Dogmatisme
membuat orang bersikap tradisional, emosional dan tidak rasional.[14]
Pembaharuan dalam hal apapun,
termasuk dalam konteks keagamaan (pemahaman terhadap ajaran agama) akan terus
dan selalu terjadi sebab cara dan pola berpikir manusia serta kondisi social
masyarakat selalu berubah seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan di segala
bidang yang akhirnya membuahkan tekhnologi yang semakin canggih. Lain dari pada
itu kemunduran dan stagnasi berpikir umat sebagai buah dari fanatisme serta
adanya "pihak luar" yang ingin merekomendasi dan menguasai, mendorong
sebagian pemikir untuk mengadakan pembaharuan.
Upaya pembaharuan dalam Islam
mempunyai alur yang panjang khususnya sejak bersentuhan dengan dunia Barat,
untuk memahami makna dan hakekat pembaharuan. Dan yang masih menjadi pertanyaan
besar adalah mengapa umat Islam masih tertinggal dari dunia Barat (setelah
dahulu mengalami masa keemasan).
Penjajahan oleh bangsa Barat
terhadap bangsa-bangsa Islam semakin memperjelas ketinggalan dunia Islam akan
segala hal. Bangsa yang pertama kali merasakan ketertinggalan itu adalah Turki
Usmani. Disebabkan karena bangsa ini yang pertama dan yang utama menghadapi
kekuatan Barat.
Pembaharuan yang dilakukan Turki
Usmani diutamakan dalam pranata social, politik, dan militer. Kerja keras para
penguasa dalam upaya memodernisasi kerajaan Turki Usmani membawa dampak yang
baik bagi gerakan modern di Negara-negara Islam lainnya seperti Mesir.
Pada dasarnya kelemahan dunia Islam
itu terletak pada bidang akidah yang sudah tercemari oleh berbagai khurafat
dan bid'ah, juga kelemahan dan ketertinggalan dalam bidang sains dan
tekhnologi. Kemudian kehadiran para tokoh modernis (pembaharu) itu pada umumnya
untuk membangkitkan kesadaran umat Islam. Berikut tokoh dan pemikirannya yang
ikut andil dalam mempebaharui kebangkitan Islam.
1.
Pembaharuan dalam Bidang Akidah
a.
Muhammad
ibn Abdul Wahhab
Pemikiran Muhammad ibn Wahhab
mempengaruhi dunia Islam di masa modern sejak abad kesembilan belas. Walaupun
ia sendiri hidup di abad sebelumnya, tetapi pemikirannya mengilhami
gerakan-gerakan pembaharuan Islam pada abad setelahnya. Bahkan sisa-sisanya
masih terasa hingga kini.[15]
Muhammad ibn Abdul Wahab lahir di
Uyainah, Nejd Arabia Tengah pada tahun 1115 – 1703 M. Ayahnya Abdul Wahhab
adalah seorang hakim di kota kelahirannya. Di masa pemerintahan Abdullah ibn
Muhammad ibn Muammar dan mengajar fiqh dan hadis di masjid kota tersebut.
Kakeknya Sulaiman, adalah seorang mufti di Nejd. Ia mulai belajar agama dari
Ayahnya sendiri dengan membaca dan menghafal al-Qur’an.
Di samping belajar kitab-kitab agama
aliran Hanbali, ia berkelana mencari ilmu ke Mekkah, Madinah dan Basra. Sebutan
Wahhabiyah adalah nama yang diberikan kepada kaum muwahhidun (kelompok
pemurnian tauhid) oleh lawan-lawannya, karena pemimpinnya bernama Muhammad ibn
Abdul Wahab.
Pemikiran keagamaan yang dibawakan
olehnya dan menonjol difokuskan pada pemurnian tauhid, yakni meng-Esa-kan Allah
yang tiada sekutu bagi-Nya. Namun, dengan berjalannya waktu, gerakan mereka
berkembang menjadi gerakan politik. Meski demikian, ia tidak meninggalkan misi
asalnya yaitu pemurnian Islam. Menurutnya, pembagian tauhid dikategorikan
menjadi tauhid ilahiyyah, rubbubiyah, asma, sifat dan tauhid af’al yang disebut
juga tauhi ilm dan i’tiqad.[16]
Baginya, syirik adalah orang yang
menyekutukan Allah dan tidak akan diampuni oleh Allah dosa yang disebabkan
tersebut. Pembagian syirik menjadi dua, yaitu syirik akbar (syirik yang nyata)
dan syirik asghar (syirik yang tidak tampak) seperti berbuat berlebihan
terhadap mahluk yang tidak boleh seseorang beribadah kepadanya, bersumpah
kepada selain Allah dan riya.
b. Muhammad Abduh
Muhammad Abduh lahir di Mesir pada tahun 1849 M, ayahnya
bernama Abdul Hasan Khoirullah yang berasal dari Turki, dan ibunya seorang Arab
yang silsilahnya sampai kepada suku Umar Bin Khatab. Abduh termasuk anak yang
cerdas, meskipun ia bersal dari keluarga petani miskin di Mesir. Sejak kecil ia
tekun belajar dan melanjutkan studinya di al Azhar.[17]
Sebagai rektor al-Azhar, ia memasukkan kurikulum filsafat
dalam pendidikan di al-Azhar, upaya ini dilakukan untuk mengubah cara berpikir
orang-orang al-Azhar. Akan tetapi usahanya ini mendapat tantangan keras dari
para syekh al Azhar lainnya yang masih berpikiran kolot. Oleh karena itu, usaha
pembaharuan yang dilakukan lewat pendidikan di al-Azhar tidak berhasil.
Meskipun begitu, ide-ide pembaharuan yang dibawa Abduh,
memberikan dampak positif bagi perkembangan pemikiran dalam dunia Islam. Selain
sektor pendidikan, proyek pembaharuan Abduh menurut professor sejarah Islam di
University of Massachuussets adalah politik dan ranah social keluarga yaitu
peran wanita.[18]
Disamping tiu, Murodi dalam tulisannnya menambahkan analisisnya bahwa ide-ide
pemikiran Abduh diantaranya adalah: pembukaan pintu ijtihad, penghargaan
terhadap 'akal' (Rasionalitas), kekuasaan Negara harus dibatasi oleh
konstitusi, memodernisasikan sistem pendidikan Islam di al Azhar.[19]
c. Muhammad Rasyid Ridho
Rasyid Ridho dilahirkan di al Qalamun, di pesisir laut
Tengah, pada tanggal 23 September 1865 M. Pendidikan bermula di madrasah al
Kitab al Qalamun, kemudian di madrasah ar Rasyidiah di Tropoli.
Selanjutnya beliau melanjutkan pendidikan tingginya di al
Azhar 1898 M dan berguru pada Muhammad Abduh. Diantara pembaharuannya adalah:
pembaharuan dalam bidang agama, social, ekonomi, memberantas khurafat dan
bid'ah. Serta paham-paham yang dibawa tarekat.
Adapun ide-ide pembaharuannya adalah: menumbuhkan sikap
aktif dan dinamis di kalangan umat, mengajak untuk meninggalkan sikap fatalisme
(jabariyah), rasionalitas dalam penafsiran al Qur'an dan Hadis, penguasaan
sains dan tekhnologi, pemberantasan khurafat dan bid'ah, serta pemerintahan
yang bersistem khalifah.
2. Pembaharuan
dalam Bidang Politik
1.
Jamaluddin
al-Afghani
Jamaluddin lahir di Afganisan tahun
1839 dan meninggal di Istanbul tahun 1897. Ia termasuk pembaharu yang
berpengaruh di dunia Islam. Saat usia 25 tahun, ia menjadi pembantu Pangeran
Dost Muhammad Khan di Afganistan, dan pada tahun 1864 menjadi penasehat Sir Ali
Khan. Serta pernah diangkat sebagai Perdana Menteri oleh Muhammad A’zam Khan
beberapa tahun kemudian.
Ketika menjadi Perdana Menteri,
Inggris sudah ikut campur dalam urusan nergeri Afganistan, maka Jamaluddin
termasuk salah satu orang yang menentangnya. Karena kalah melawan Inggris, maka
ia lebih baik meninggalkan negerinya dan pergi menuju ke India. Sejak itulah,
ia berpindah-pindah kewarganegaraan. Pernah ke Paris dan Turki. Perpindahan itu
juga dalam rangka membangkitkan umat Islam.
Dalam pola pikirnya, ia berpendapat
bahwa kemunduran umat Islam, salah satu sebabnya adalah meninggalkan
ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Ajaran qada’ dan qadar telah berubah
menjadi ajaran fatalisme yang menyebabkan umat menjadi statis. Sebab-sebab lain
adalah perpecahan di kalangan umat Islam sendiri, yaitu lemahnya persaudaraan
antar umat Islam dan lain-lain. Untuk mengatasi semua itu, menurutnya umat
Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang benar, mensucikan hati, memuliakan
ahlak, berkorban untuk kepentingan umat, pemerintahan otokratis harus diubah
menjadi demokratis. Dan persatuan umat harus diwujudkan sehingga umat akan maju
sesuai tuntutan zaman.
Selain itu, ia menegaskan bahwa
solidaritas sesama muslim bukan karena ikatan etnik maupun rasial, tetapi
karena ikatan agama. Muslim entah dari bangsa mana datangnya, walau pada
mulanya kecil akan berkembang dan diterima oleh suku dan bangsa lain seagama
selagi ia masih menegakkan hukum agama. Ide yang terahir inilah merupakan ide
orisianal darinya, yang dikenal dengan Pan Islamisme, persaudaraan sesame umat
Islam sedunia.[20]
b. Muhammad Ali Pasya
Muhammad Ali Pasya adalah orang
pertama yang membuka jalan pembaharuan di Mesir, kemudian beberapa tahun di
akui sebagai the founder of modern egypte. Berasal dari Turki,
kelahiran Yunani pada tahun 1765 dan wafat pada tahun 1849. Sejak kecil beliau
telah bekerja keras untuk keperluan hidupnya, sehingga tidak mempunyai waktu
untuk sekolah dengan demikian beliau tidak pandai baca tulis. Setelah dewasa
Ali Pasya bekerja sebagai pemungut pajak dan karena rajin bekerja beliau
disukai oleh gubernur yang akhirnya diangkat menjadi menantu.
Pada waktu penyerangan Napoleon ke
Mesir, Sultan Turki mengirim bantuan tentara ke Mesir, di antara perwiranya
adalah Muhammad Ali Pasya yang ikut melawan Napoleon pada tahun 1801,[21]
setelah itu diangkat menjadi colonel dan mulai saat itu Ali Pasya menjadi
penguasa tunggal di Mesir. Akan tetapi ia keasikan dengan kekuasaannya dan
bertindak diktator.
Akhirnya Muhammad Ali dan
keturunannya menjadi raja di Mesir kurang lebih 1,5 abad lamanya. Akhir
kekuasaanya pada tahun 1953. Jika diteliti Muhammad Ali Pasya tidak pandai baca
tulis, tetapi beliau seorang yang cerdas dan merupakan sosok ambisius menjadi
penguasa umat Islam. Keambisiusannya itu tampak dalam pembaharuan yang
dilakukan terhadap kemajuan umat Islam, diantaranya: perkembangan politik dalam
negeri maupun luar negeri, seperti membangun kekuatan militer, meningkatkan
bidang pemerintahan, ekonomi dan pendidikan.[22]
3. Pembaharuan
dalam Bidang Pendidikan
a. Al Tahtawi
Nama aslinya adalah Rifa'ah Badhawi
Rafi' al Tahtawi, lahir pada tahun 1801 di Mesir Selatan, wafat tahun 1873 di
Kairo. Seorang pembaharu yang mempunyai pengaruh besar pada abad ke-19 dan
seorang yang sangat berpengaruh dalam usaha-uasaha gerakan pembaharuan yang
dilakukan oleh Muhammad Ali Pasya. Al Tahtawi belajar di al Azhar Mesir, dan
setelah kembali diangkat menjadi sebagai guru bahasa Perancis dan penerjemahan
di sekolah kedokteran.[23]
Pada tahun 1836 didirikan sekolah
penerjemah yang kemudian dikepalai oleh al Tahtawi. Beliau bukan seorang
penganut sekuler, usahanya adalah memperbaiki tradisi, khususnya dalam bidang
pendidikan, kewanitaan dan memperbaiki literature. Beliau menginginkan Mesir
maju seperti dunia Barat, namun tetap dijiwai oleh agama dalam segala aspek.
Salah satu jalan untuk kesejahteraan
menurutnya adalah, berpegang pada agama dan akhlak budi pekerti, untuk itu
pendidikan merupakan sarana penting. Tujuan dari pendidikan menurutnya adalah
membentuk manusia berkepribadian patriotic dengan istilah hubbul wathon
yaitu mencintai tanah air. Perasaan patriotic itu akan menimbulkan rasa
kebangsaan, persatuan, tunduk dan mematuhi undang-undang, serta bersedia
mengorbankan jiwa dan harta untuk mempertahankan kemerdekaan.
Dalam hal agama dan peranan ulama,
al Tahtawi menghendaki agar para ulama selalu mengikuti perkembangan dunia
modern dan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan modern. Ini mengandung arti
bahwa pintu ijtihad tetap dibiarkan terbuka lebar. Ide-ide pembaharuan yang
dilontarkan al Tahtawi: ajaran Islam tidak hanya monoton mengurusi Tuhan akan
tetapi kehidupan social juga harus seimbang, kebiasaan dictator raja seharusnya
diganti dengan musyawarah, syari'at harus sesuai dengan perkembangan modern,
para ulama harus belajar filsafat dan ilmu pengetahuan agar syari'at sesuai
dengan kehidupan modern, pendidikan harus bersifat social (termasuk tidak ada
pembedaan bagi perempuan). Umat Islam harus dinamis.
D.
Hikmah
Sejarah Perkembangan Islam Pada Abad Pertengahan Modern
Ada
beberapa manfaat yang dapat kita ambil dari sejarah perkembangan Islam pada
abad pertengahan, diantaranya sebagai berikut
1. Meskipun
Bani Umayyah telah dihancurkan oleh Bani Abbasyah, perluasan wilayah Islam
masih terus dilanjutkan sehingga dengan demikian kebudayaan Islam tetap
berkembang di Eropa. Hal tersebut menandakan bahwa semangat kaum muslim dalam
meraih cita-cita sangat tinggi sehingga melahirkan persatuan dan kesatuan yang
sangat dibutuhkan dalam mewujudkan hal tersebut. Hal ini terbukti dalam setiap
perluasan wilayah, kaum muslim mampu menguasai Spanyol dalam waktu sekitar
delapan abad (711-1492 M) dan menguasai Semenanjung Balkan sekitar 4 abad
(1453-1918 M)
2. Niat
yang tulus ketika melakukan sesuatu karena Allah sangat dibutuhkan, ketika niat
telah berubah menjadi orientasi terhadap kekuasaan atau harta, maka dengan cepat
kehancuran akan menimpa. Hal tersebut telah banyak dibuktikan pada
peristiwa-peristiwa runtuhnya daulah bani Umayyah, bani Abbasyah, dan bani
Umayyah II di Andalusia serta kerajaan atau pemerintahan lain dimanapun berada.
3. Penaklukan
wilayah yang demikian luas dilakukan oleh kaum muslim saat itu berdasarkan pada
permintaan penduduk suatu negara yang ditindas oleh pemimpin mereka sendiri.
Hal tersebut dikarenakan penduduknya berada dibawah pemerintahan yang zalim
atau karena kerajaan tersebut telah mengganggu wilayah-wilayah Islam. Oleh
karena itu, kaum muslim telah bertindak sebagai pembebas masyarakat suatu
negara dari tindakan pemerintah mereka yang sewenag-wenang dan bukan bertindak
sebagai penjajah atas suatu negara. Penduduk yang dibebaskan tetap diberikan
keleluasan untuk menjalankan agama atau kepercayaan mereka masing-masing
meskipun upaya penyebaran agama Islam senantiasa dilakukan.
4. Islam
memiliki kontribusi yang sangat besar dalam upaya menyebarkan ilmu pengetahuan
dan tekhnologi. Eropa memiliki kemajuan saat ini salah satunya disebabkan jasa
sarjana-sarjana muslim yang telah menjadi mata rantai perkembangan ilmu
pengetahuan kepada masyarakat Eropa saat itu.[24]
Penghayatan
terhadap Sejarah Kebudayaan Islam pada Abad Pertengahan
Ada banyak perilaku yang pat diterapkan sebagai cerminan penghayatan terhadap sejarah perkembangan Islam di abad pertengahan yakni antara lain sebagai berikut.
Ada banyak perilaku yang pat diterapkan sebagai cerminan penghayatan terhadap sejarah perkembangan Islam di abad pertengahan yakni antara lain sebagai berikut.
1. Sejarah
merupakan pelajaran bagi manusia agar di kemudian hari perilaku atau perbuatan
kaum muslim yang membuat kaum muslim dan umat manusia lainnya menderita tidqak
terulang lagi. Lemahnya persatuan umat Islam dapat dijadikan celah pihak lain
untuk memundurkan peran kaum muslim, baik dari kancah perekonomian maupun
politik. Oleh karena itu, umat Islam hendaknya mampu mengubah tata kehidupannya
yang seimbang antara kepentingan duniawi dan ukhrawinya serta senantiasa
meningkatkan wawasan keislamannya melalui rujukan Al Qur’an dan Hadis.
2. Umat
Islam harus mengambil pelajaran dari negara barat. Mereka semula jauh
tertinggal dibandingkan dengan kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan umat
Islam, tetapi kemudian mereka dapat mengejar kemajuan peradaban dan ilmu
pengetahuan umat Islam. Invasi Islam terhadap Eropa seperti andalusia dan
Semenanjung Balkan selama berabad-abad telah memotifasi barat untuk mempelajari
ilmu pengetahuan, tekhnologi dan kebudayaannya.
3. Keberadaan
cendekiawan pada masa perkembangan Islam abad pertengahan seperti Ibnu Sina, Al
Farabi, dan Ibnu Rusyd haurs menjadi inspirasi dan inovasi bagi uamt Islam
untuk terus mempelajari berbagai disiplin ilmu demi melanjutkan cita-cita
perjuangan tokoh-tokoh muslim pada abad pertengahan tersebut sehingga Islam
mampu membawa rahmat bagi seluruh dunia.
Pengaruh
Sejarah Islam Abad Pertengahan terhadap Umat Islam Indonesia
Jauh sebelum Islam masuk ke Indonesia, bangsa Indonesia telah memeluk agama hindu dan budha disamping kepercayaan nenek moyang mereka yang menganut animisme dan dinamisme. Setelah Islam masuk ke Indonesia, Islam berpengaruh besar baik dalam bidang politik, sosial, ekonomi,maupun di bidang kebudayaan yang antara lain seperti di bawah ini.
Jauh sebelum Islam masuk ke Indonesia, bangsa Indonesia telah memeluk agama hindu dan budha disamping kepercayaan nenek moyang mereka yang menganut animisme dan dinamisme. Setelah Islam masuk ke Indonesia, Islam berpengaruh besar baik dalam bidang politik, sosial, ekonomi,maupun di bidang kebudayaan yang antara lain seperti di bawah ini.
1. Pengaruh
Bahasa dan Nama
Bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan sangat banyak dipengaruhi oleh bahasa Arab. Bahasa
Arab sudah banayk menyatu dalam kosa kata bahasa Indonesia, contohnya kata
wajib, fardu, lahir, bathin, musyawarah, surat, kabar, koran, jual, kursi dan
masker. Dalam hal nama juga banyak dipakai nama-nama yang berciri Islam (Arab)
seperti Muhammad, Abdullah, Anwar, Ahmad, Abdul, Muthalib, Muhaimin, Junaidi,
Aminah, Khadijah, Maimunah, Rahmillah, Rohani dan Rahma.
2.
Pengaruh Budaya, Adat Istiadat dan Seni
Kebiasaan yang banyak
berkembang dari budaya Islam dapat berupa ucapan salam, acara tahlilan,
syukuran, yasinan dan lain-lain. Dalam hal kesenian, banyak dijumpai seni musik
seperti kasidah, rebana, marawis, barzanji dan shalawat. Kita juga melihat
pengaruh di bidang seni arsitektur rumah peribadatan atau masjid di Indonesia
yang banayak dipengaruhi oleh arsitektur masjid yang ada di wilayah Timur
Tengah.
3.
Pengaruh dalam Bidang Politik
Pengaruh inin dapat
dilihat dalam sistem pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia seperti
konsep khilafah atau kesultanan yang sering kita jumpai pada kerajaan-kerajaan
seperti Aceh, Mataram. Demak, Banten dan Tidore
4.
Pengaruh di bidang ekonomi
Daerah-daerah pesisir
sering dikunjungi para pedagang Islam dari Arab, Parsi,dan Gujarat yang
menerapkan konsep jual beli secara Islam. Juga adanya kewajiban membayar zakat
atau amal jariyah yang lainnya, seperti sedekah, infak, waqaf, menyantuni
yatim, piatu, fakir dan miskin. Hal itu membuat perekonomian umat Islam semakin
berkembang.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Wajah peradaban Islam era modern
mempunyai beberapa kategori. Pertama kategori sebagai masa kemerdekaan
negara Islam. Pada abad ke-18 dan 19, era modern diwarnai dengan kemerdekaan
negara-negara Islam. Dalam tahun-tahun terakhir ini banyak negara muslim yang
telah merdeka. Bersamaan dengan itu muncul pula organisasi-organisasi dan
partai-partai nasional yang mendasarkan bentuk-bentuk pemerintahan pada
prinsip-prinsip syari'at Islam. Dengan demikian islam sebagai agama yang secara
operasional tetap memiliki relevansi dalam semua jaman maka pembaharuan
(revitalisasi) menjadi ikhtiar bagi setiap umat muslim.
Dalam pembaharuan islam sangatlah
membawa kontribusi terhadap umat manusia termasuk umat islam. Kategori ini
terdapat beberapa konstribusi yang masih exist bahkan dikembangkan. Berbagai
bidang masih mewarnai pemikiran tokoh ini, diantaranya; bidang Akidah
diprakarasai oleh mantan Muhammad ibn Abdul Wahhab disusul oleh mantan Rektor
al-Azhar Mesir, Muhammad Abduh dan muridnya Muhammad Rasyid Ridho. Keduanya
melakukan pembaharuan untuk menumbuhkan sikap aktif dan dinamis di kalangan
umat, mengajak untuk meninggalkan sikap fatalisme (jabariyah), rasionalitas
dalam penafsiran al Qur'an dan Hadis, penguasaan sains dan tekhnologi,
pemberantasan khurafat dan bid'ah, serta pemerintahan yang bersistem khalifah.
B. Saran
Penyusun menyadari bahwa telaah ini
belum cukup mampu megungkap secara detail dan komprehensif. Hal ini karena
sejarah peradaban Islam modern tidak terlalu banyak diteliti orang, juga faktor
keterbatasan akses penyusun terhadap tulisan-tulisan yang tersebar di berbagai
media. Untuk itu kiranya perlu dilanjutkan dan dikembangkan lebih jauh
studi-studi lain mengenai kajian sejarah peradaban Islam modern secara lebih
utuh dan memadai.
Demikianlah kajian sejarah peradaban
Islam modern dilakukan dalam rangka usaha mengkaji lebih mendalam seputar
perkembangan sejarah Islam dan semoga memberikan kontribusi bagi pengembangan
pemikiran Islam dan kemajuan Islamic Studies
[1] Anton Bekker dan Ahmad Charis Zubair, Metodologi
Penelitian Filsafat, Cet.I,
Yogyakarta: Kanisius, 1999, hal.10
[2] Winarno
Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar dan Metode Teknik
Cet.I, Bandung: Tarsio, 1990, hal. 182.
[3] Lexi J. Moeleng, Metode Penelitian Kualitatif , Cet.
I, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991, hal. 263
[5] Salim Azzam, Beberapa Pandangan Tentang Pembentukan
Negara Islam, Cet. II, Bandung: Mizan, 1990, hal. 45
[6] Riaz
Hasan, Islam dari Konservatisme sampai Fundamentalisme, Cet.I, Jakarta:
Rajawali Press, 1985, hal. 185
[8] Zainal
Abidin Ahmad, Sejarah Islam dan Umatnya Sampai Sekarang:
Perkembangannya dari Zaman ke Zaman, Cet.I, Jakarta: Bulan Bintang,
1979, hal. 188
[10] Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya,
Cet.I, Jakarta: UI Press, 1979, hal. 88-89
[11] M. Abdul
Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Cet. I, Yogyakarta:
Pustaka Book Publisher, 2207, hal.314-321
[13] Ali
Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hal. 141-142
[21] Yusron Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan
Pembaharuan dalam Dunia Islam Cet. I, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995,
hal 69.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad., Zainal Abidin, Sejarah
Islam dan Umatnya Sampai Sekarang: Perkembangannya dari Zaman ke Zaman,
Jakarta: Bulan Bintang, 1979
Asmuni., Yusron, Pengantar Studi
Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1995
Azzam., Salim, Beberapa Pandangan
Tentang Pembentukan Negara Islam, Bandung: Mizan, 1990
Bekker, Anton., dan Ahmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian
Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 1999
Hasan., Riaz, Islam dari
Konservatisme sampai Fundamentalisme, Jakarta: Rajawali Press, 1985
Karim., M. Abdul, Sejarah
Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2207
Moeleng., Lexi J, Metode
Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991
Mufrodi., Ali, Islam di Kawasan
Kebudayaan Arab, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam,
Semarang: Toha Putra, 1997
Nasution., Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya,
Jakarta: UI Press, 1979
Noer., Deliar, Gerakan Modern
Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES, 1996
Perkembangan Modern dalam Islam, pengantar: Harun Nasution
Sabaruddin, Yayasan Obor Indonesia, 1985
Pioneeers of Islamic Reviva, edisi Indonesia; Para Perintis
Zaman baru Islam, ter: Ilyas Hasan, Bandung: Mizan 1996
Surakhmad., Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar dan
Metode Teknik, Bandung: Tarsio, 1990
Yatim., Badri, Sejarah Peradaban
Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003
Komentar
Posting Komentar