Dikala Indonesia Lahir, ku temukan wajah rakyat yang kusam namun penuh gembira, tangisan haru anak yatim dan janda², terlihat juga para kiyai yang hanyut dalam teriakan takbir yang megah merobek langit Nusantara.
Ditengah suka cita kemerdekaan, lima tahun berjalan dalam kegembiraan, tepat di tanggal 11 Februari 1950, dirahim Ibu tertiwi terlihat Garuda mulai Lahir. Semua Suku, Ras dan Agama berdoa kepada Tuhannya tanpa saling curiga, tak ada hinaan bahkan tanpa mempertanyakan itu anak siapa. Tetapi yang ada, semua lapisan masyarakat senang dan gembira meyakini itulah anak kandung Indonesia. Yaa itulah Garuda Indonesia yang menggenggam erat Semboyan Keberagaman untuk kesatuan.
Dari cerita Tentang Keceriaan kemerdekaan hingga kelahiran Lambang Negara menegaskan bahwa Indonesia ini dibentuk bukan karena potensi pertambangan, bukan soal transaksi politik, bukan juga penguasaan aset ekonomi, bukan juga karena soal ruang hidup, Apalagi hanya bagi-bagi jabatan pada lembaga-lembaga kenegaraan.
Tetapi republik Indonesia ini dimerdekakan dengan taruhan harta, keluarga, darah dan bahkan nyawa sekalipun, hanya karena kecintaan terhadap Burung Garuda, untuk ibu Pertiwi, hanya untuk Indonesia. Kemerdekaan ini untuk menghapuskan penjajahan di semua sektor hingga penjajahan psikologis, Negara ini dimerdekakan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Ketika Burung Garuda ini masih belia, masih mungil, masih terlihat begitu lucu dan menggemaskan. Semua menyayangi Garuda, Bahkan untuk merawat Garuda Kecil itu, yang miskin menyumbang keringatnya, yang kaya menyumbang hartanya, ulama menyumbang doanya, pejabat hingga presiden mengorbankan gajinya, semua hanya untuk merawat tumbuhnya Garuda agar terbang di udara, melanglang buana di jagat raya seraya meneriakkan Bhineka Tunggal Ika.
Lihatlah Kini Garuda sudah pada usia Tua, Garuda yang sudah renta... Di usia seperti ini Aku melihat anak cucu Garuda merebut kedudukan dan warisan dari Sabang sampai Merauke, dari daerah sampe ke pusat. Aku melihat para saudara sekandung saling caci, berkelahi bahkan membunuh hanya karena berbeda dalam memilih, para orang beriman tak menjaga lisannya, akademisi kehilangan moralnya, aku melihat masyarakat menjadikan Demokrasi sebagai ladang mencari, aku melihat harga komoditi dan pangan lokal anjlok harganya aku melihat para nelayan dan petani mulai kehilangan mata pencaharian.
Aku melihat penguasa menipu rakyatnya, aku melihat banyak praktek korupsi, kolusi dan nepotisme hingga aku melihat mereka bekerja dengan perusahan asing untuk menggadaikan tanah warga, air bersih, udara segar dan ruang hidup.
Aku melihat batasan antara benar dan salah, baik dan buruk, Dosa dan pahala, waras dan gila, pejuang kebenaran dan pendosa, kawan dan lawan telah hilang terkikis oleh cara berpikir yang destruktif.
Garuda Maafkan aku yang hanya bisa mendoakan mu dalam sujud Semoga Allah SWT Tuhan yang maha esa memberikan mu umur panjang, mampu menjaga perbedaan untuk persatuan, lebih bijak menyikapi segala informasi penuh dosa, lebih berdikari di kaki sendiri dan melindungi rakyat mu sebagaimana amanah pendirian Republik Indonesia. Aamin Ya Robbil Alamin.
Dirgahayu Republik Indonesia ke 74 Insyaallah Allah SDM unggul dan Maju. Tetap semangat Garuda karena engkau ada di dada ku.
Komentar
Posting Komentar